Welcome to My Post
Jumat, 31 Desember 2021
Sabtu, 07 Desember 2019
Ekonomi Dalam Islam dan Karakteristiknya
Ekonomi Dalam Islam dan Karakteristiknya
Manusia adalah makhluk ekonomi. Untuk bisa mencapai Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama , Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam, tentunya manusia juga membutuhkan ekonomi. Hal ini karena manusia senantiasa membutuhkan sumber daya dan modal untuk dapat melaksanakan kehidupannya. Tanpa ekonomi pastinya manusia tidak akan bisa untuk bertahan hidup karena secara kondisi tubuh akan melemah.
Islam dalam hal ekonomi mengatur keseluruhan hidup manusia, termasuk dalam hal ekonomi. Terkadang banyak orang yang enggan untuk mengikuti aturan islam dalam hal ekonomi karena dianggap tidak sesuai atau sudah berpersepsi negatif terhadap aturan islam.
Jika dikaji lebih mendalam ekonomi islam memiliki karakteristik dan juga ciri-ciri yang terkadang tidak dipahami dengan benar. Untuk itu, berikut adalah mengenai ekonomi dalam islam dan karakteristiknya.
Pengertian dan Dasar Ekonomi Islam
Ekonomi dalam islam adalah satu kesatuan dengan ajaran islam lainnya. Ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan aturan shalat, puasa, berumah tangga, dan aturan lainnya. Jika ada umat islam yang menganggap dirinya muslim, maka ia tidak boleh menolak aturan islam dengan aturan ekonomi islam. Islam dan Ekonomi adalah satu kesatuan yang tidak dipisah satu per satu bagian.
Banyak yang berpikiran bahwa ekonomi berbeda dengan islam. Islam hanya mengatur ibadah sedangkan tidak mengatur ekonomi. Tentu saja ini keliru. Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang artinya mengatur keseluruhan sektor manusia. Untuk itu segala aktivitas manusia mengarah pada landasan dan prinsip islam.
Ekonomi dalam Islam diantaranya mengatur hal-hal seperti:
- 1. Cara Berhutang
- 2. Menunaikan Zakat
- 3. Transaksi Jual Beli
- 4. Membeli Mata Uang
- 5. Melarang Riba
- 6. Cara Menunaikan Transaksi dengan Akuntable
- dsb
Untuk itu, ekonomi dalam islam bersifat prinsip-prinsip dasar. Sedangkan teknisnya tergantung kepada zaman yang berkembang dan teknologi yang digunakan. Selagi tidak melanggar prinsip dasar ekonomi islam tentu tidak menjadi masalah dan itu di bolehkan dalam islam.
Misalnya saja, menggunakan online untuk jual beli. Selagi masih ada akad dan kejelasan barang atau jasa yang ditawarkan serta jelas halal-haramnya barang tersebut, maka ulama-ulama memperbolehkan.
Prinsip dan Karakteristik Ekonomi dalam Islam
Di dalam Islam, masalah ekonomi diatur secara jelas. Ada beberapa hal teknis yang islam tidak mengaturnya secara rigid dan manusia bisa mengembangkan ekonomi tersebut sesuai dengan perkembangan teknologi. Namun, ada beberapa hal yang menjadi prinsip ekonomi islam dan hal ini tidak bisa berubah.
Prinsip ekonomi dan karakteristik islam sepanjang zaman dan perkembagan zaman tidak akan berubah dan harus diikuti. Hal ini bukan membatasi manusia, melainkan menjaga hukum ekonomi dan transaksi tersebut dapat saling menguntungkan dan mendapatkan keadilan darinya.
Berikut adalah prinsip dan karakteristik ekonomi islam yang dapat kita pahami dan juga terapkan dalam kehidupan keseharian atau bisnis yang kita miliki.
- Keadilan dan Keseimbangan
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.” (QS Al-An’am : 152)
Dalam ayat di atas di jelaskan bahwa prinsip ekonomi dalam islam haruslah menyempurnakan takaran dan timbangan. Artinya, dalam proses ekonomi harus ada alat ukur dan standart sehingga proses ekonomi bisa dilakukan dengan seimbang.
Misalnya saja ketika orang akan membeli buah maka harus ada timbangan yang nanti mengukur berapa buah yang didapatkan dan berapa harga yang harus dibayarkan sesuai nilai buah tersebut. Atau jika ada orang yang ingin menukar mata uang, maka harus ada kurs yang disepakati terlebih dahulu dan adil kedua belah pihak.
- Sama-Sama Menguntungkan
Ekonomi islam mengedepankan prinsip sama-sama menguntungkan. Di dalam transaksi ekonomi, tidak bisa ada yang saling merugi atau rugi salah satunya. Untuk itu, transaksi ekonomi dalam islam diatur agar ada kesepakatan atau akad terlebih dahulu, agar satu sama lain tidak ada yang merasa dirugikan setelahnya.
Jangan sampai ada transaksi yang baru disadari merugikan setelah melihat barangnya, setelah digunakan, atau merasa dizalimi setelahnya. Itulah pentingnya akad jual beli, memilih barang, dan menyepakati harga terlebih dahulu. Untuk itu, islam mengaturnya agar manusia bertransaksi sama-sama menguntungkan.
- Tidak Mencekik Fakir Miskin atau Orang yang Tidak Mampu
Prinsip ekonomi selanjutnya adalah jangan sampai transaksi ekonomi kita mencekik fakir miskin atau orang yang tidak mampu. Hendaknya orang-orang yang memiliki harta dan ekonomi berlebih tidak sampai menjadikan fakir miskin dan orang tidak mampu semakin sulit dan tidak bisa membiayai hidupnya.
Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Surat Al-An’am diatas. Sering kali ada orang-orang yang bertransaksi ekonomi lalu mencekik fakir miskin dengan hutang yang mengandung riba. Tentu saja orang-orang miskin tersebut sangat kesulitan untuk membayar kebutuhan hidupnya, apalagi harus membayar bunga dari hutangnya yang sangat mencekik hidupnya.
Bagaimanapun islam mengatur hubungan ekonomi orang yang mampu dengan tidak. Untuk itu, zakat infaq shodaqoh adalah salah satu cara untuk menyeimbangkan ekonomi islam agar seimbang diantara keduanya. Dan jika fakir miskin semakin sedikit dan terbantukan, tentu yang untung adalah semua umat. Karena semakin banyak yang mampu dan sejahtera, ekonomi pun makin melesat.
- Transparansi atau Keterbukaan
Prinsip yang juga harus dipahami oleh umat islam dalam hal ekonomi adalah trnasparansi dan keterebukaan. Ketika melakukan jual beli misalnya, maka hendaklah terbuka mengenai kondisi barang atau hal yang diperjual belikan. Terangkanlah mengenai baik dan cacatnya dan jangan menutup-nutupi kondisi yang ada.
Efek dari ketidakterbukaan itu tentu membuat yang rugi adalah diri kita sendiri. tentunya ketidak jujuran membuat orang enggan untuk bisa kembali bertransaksi dengan kita. Untuk itulah yang dinamakan ketidakberkahan dalam ekonomi.
- Pencatatan Transaksi
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.” (QS Al Baqarah : 282)
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa dalam bermuammalah dan melangsungkan transaksi ekonomi harus ada pencatatan dan penulisan. Hal ini agar transaksi ekonomi yang dijalankan bisa sesuai dan tidak terlupakan. Biasanya seiring berjalan waktu masalah transaksi yang tercatat akan terlupakan.
Jika masalah pencatatan ini terlupakan, akan berakibat konflik dan menjadi masalah yang tidak terselesaikan karena tidak ada pencatatan yang jelas. Untuk itu pentingnya pencatatan dan ilmu akuntansi bisa digunakan untuk memperjelas masalah transaksi ekonomi.
Itulah prinsip-prinisp dan karakteristik ekonomi islam. Tentunya prinsip ekonomi islam berbeda dengan prinisp yang cenderung pada kapitalisme, pembebasan modal, yang cenderung tidak memihak kepada rakyat kecil. Untuk itu, ekonomi islam haruslah dijaga dan ditegakkan. Karena dampak ekonomi islam bukan hanya satu pihak melainkan seluruh ummat, rahmatan lil alamin.
Beruntungnya kita sebagai manusia yang menegakkan aturan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman. Karena di dalamnya mengandung keadilan, keseimbangan, dan jalan yang mensejahterakan bagi ummat islam .
Sumbangsih Para Ulama Klasik dalam Teori Ekonomi Modern
Sumbangsih Para Ulama Klasik dalam Teori Ekonomi Modern
Individu, negara, masyarakat dan pasar merupakan empat elemen menarik yang selalu menjadi topik bahasan dalam wacana ekonomi, baik ekonomi Islam maupun ekonomi konvensional. Uniknya, kedua model wacana ekonomi—baik ekonomi Islam maupun ekonomi konvensional–senantiasa menunjukkan kemiripan dalam wilayah kajiannya. Para sejarawan ekonomi bahkan sempat menaruh kecurigaan, apakah ekonomi Islam yang membajak teori ekonomi konvensional ataukah sebaliknya teori ekonomi konvensional yang membajak teori ekonomi Islam. Berbicara tentang teori ekonomi Islam, maka tidak bisa meninggalkan pemikiran Abu Yûsuf (w. 181 H/798 M) dari kalangan Hanafiyah, al-Ghazali (w. 505 H/1111 M) dari kalangan Syafiiyah dan Ibn Qudâmah al-Maqdisî (w. 556 H/1162 M) dari kalangan Hanâbilah. Belakangan, ada Ibnu Taimiyah (w. 728 H/1328 M) yang mendaku pengikut Hanâbilah dalam bidang ekonomi. Memang, ada kesamaan antara teori ekonomi kalangan Hanabilah dengan Ibnu Taimiyah dalam banyak aspek.
Adapun bila kita berbicara soal ekonomi konvensional yang dianggap merupakan tonggak ekonomi kontemporer dewasa ini, maka kita tidak bisa menisbikan nama St Thomas Aquinas (w. 1274 M) dengan Summa Theologica-nya dan Adam Smith (w. 1790 M) dengan teori invisible hands-nya. St. Thomas Aquinas hidup 1 abad setelah era al-Ghazâli, yaitu di masa setelah banyak terjadi persinggungan besar-besaran dunia Islam dengan dunia Barat. Nama besar Imam al-Ghazâli saat itu sudah bukan hal yang asing lagi bagi kalangan intelektual dunia Barat. Dan sebagaimana diakui oleh penulisnya, Summa Theologica banyak merujuk pada karya besar al-Ghazâli, yaitu kitab Ihyâ Ulûmid Dîn utamanya, khususnya ketika ia membahas soal pasar dan intervensi pemerintah dalam penentuan harga.
Dengan demikian, jika karya St Thomas Aquinas dianggap sebagai titik masuk sejarah pemikiran modern ekonomi kontemporer saat ini, maka sepertinya hal itu tidaklah tepat. Sebab, justru al-Ghazali-lah yang merupakan tonggak pertama pemikiran ekonomi modern dan pemikirannya banyak diadopsi olehnya. Atau bahkan sosok Abû Yûsuf yang hidup di era Abad ke-2 H merupakan peletak tonggak ekonomi modern itu. Adapun Adam Smith (w. 1790 M) dengan teori invisible hands-nya, yang hidup kurang lebih 6 abad pasca Ibnu Qudâmah (w. 1162 M) atau 4 abad setelah Ibnu Taimiyah (w. 1328 M), dan ia didaulat sebagai bapak ekonomi modern, sepertinya tidak menemukan adanya relevansi.
Dunia Barat, di abad sebelum St Thomas Aquinas dikenal oleh para sejarawan sebagai masa kegelapan (the dark age) atau dalam bahasa kita disebut sebagai abad jahiliyah dunia Barat. Jadi, alangkah ahistorisnya apabila St Thomas Aquinas tiba-tiba dianggap sebagai telah meletakkan sebuah teori ekonomi modern di saat itu, tanpa ada dasar persinggungan sebelumnya dengan dunia pemikiran yang sudah berkembang dan maju. Demikian juga Adam Smith dengan teori invisible hands-nya, hal tersebut tidak mungkin terjadi tanpa ada persinggungan sebelumnya dengan dunia lain dari Barat. Dan persinggungan itu lebih bisa disebut rasional bila ditengarai dengan dunia muslim. Mari kita coba kuak tentang makna invisible hands dari Adam Smith. Invisible hands memiliki arti leksikal sebagai “tangan-tangan tak terlihat.” Teori ini dibangun atas dasar kehendak mewujudkan pasar bebas. Dalam pasar bebas, persaingan harga akan berjalan alami. Harga dibentuk oleh banyaknya permintaan dan jumlah barang. Jika permintaan banyak sementara barang dalam jumlah sedikit, maka yang akan terjadi adalah harga akan naik. Demikian sebaliknya bila jumlah barang melimpah, sementara jumlah permintaan menurun, maka kurva harga barang akan menjadi turun. Apabila terjadi persaingan di harga-harga barang ini, maka dengan sendirinya akan terbentuk yang namanya harga ekuilibrum (harga setimbang). Penyebab turun dan naiknya harga yang berlangsung “alami” ini disebut oleh Adam Smith sebagai “the invisible hands” – tangan-tangan tak terlihat. Teori Adam Smith ini sebenarnya mirip dengan bunyi sebuah hadits Rasulillah SAW yang diriwayatkan dari jalur sanad Anas bin Malik: غلا السعر على عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم فقالوا يارسول الله لوسعرت؟ فقال: إن الله هو القابض الباسط الرزاق المسعر، وإني لأرجو أن ألقى الله عز وجل ولايطلبني احد بمظلمة ظلمتها اياه في دم ولامال رواه الخمسة الا النسائي وصححه الترمذي "Suatu ketika terjadi krisis di zaman Rasulullah SAW, kemudian para sahabat meminta kepada beliau menetapkan harga-harga barang: "Andaikan tuan mau menetapkan harga barang?" Beliau menjawab: Sesungguhnya Allah SWT Dzat Yang Maha Mengendalikan, Maha membeber rezeki, Maha Pemberi Rezeki dan Maha Penentu Harga. Sesungguhnya aku juga berharap jika Allah SWT memberi perkenan aku untuk menurunkan harga dan tidak ada seorang pun yang menuntutku dengan suatu kezaliman yang aku perbuat atas dirinya, terhadap darah dan juga hartanya.” (HR Imam lima selain al Nasai dan dishahihkan oleh al Tirmidzy)
Berdasarkan bunyi dhâhir hadits ini, diketahui bahwa inflasi dan deflasi harga merupakan sebuah mekanisme yang berlangsung alami. Oleh karena itu, suatu ketika ia akan menemui titik equilibrum (iqtishad) sendiri. Yang menentukan harga menuju titik equilibrum adalah Allah Dzat Yang Maha Penentu Harga (al-Mus’ir). Al-Mus’ir menurut Adam Smith disebut sebagai invisible hands, yang mungkin arti tepatnya adalah The God Hand (campur Tangan Allah). Berdasarkan hadits di atas, juga dijelaskan secara sekilas bahwa intervensi terhadap harga merupakan sebuah tindakan kezaliman. Kezaliman ini dalam istilah modernnya disebut sebagai krisis. Teori ini, dalam bingkai keislaman diadopsi oleh kalangan Hanabilah, termasuk di dalamnya adalah Ibnu Qudâmah dan Ibnu Taimiyah. Dari kalangan Hanabilah misalnya, yang diwakili oleh Ibn Qudamah al-Maqdisî, menjelaskan bahwasanya: التسعير سبب الغلاء، لأن الجالبين إذا بلغهم ذلك لم يقدموا بسلعهم بلداً يكرهون على بيعها فيه بغير ما يريدون، ومن عنده البضاعة يمتنع من بيعها ويكتمها، ويطلبها أهل الحاجة إليها فلا يجدونها إلا قليلاً، فيرفعون في ثمنها ليصلوا إليها، فتغلو الأسعار ويحصل الإضرار بالجانبين: جانب المُلاك، في منعهم من بيع أملاكهم، وجانب المشتري في منعه من الوصول إلى غرضه، فيكون حراماً Artinya: "Tas'ir merupakan salah satu penyebab timbulnya inflasi harga, karena tabiat para pelaku jual beli jalab (talaqqy rukban) – makelar – biasanya, ketika sampai kepada mereka [berita harga di pasaran], maka mereka tidak akan mendatangkan dagangan mereka ke negara yang mereka benci melakukan transaksi didalamnya sebab tidak sesuai dengan harapannya. Bagi pemilik barang, mereka melakukan penahanan barang, menimbunnya, sementara konsumen banyak yang sedang mencari barang, dan mereka tidak menemukannya di pasaran kecuali dalam jumlah minim. Akibatnya, mereka terpaksa menaikkan harga untuk mendapatkannya. Akhirnya terjadilah kenaikan harga, yang berakibat merugikan kedua pihak yang sedang bertransaksi, yakni: di satu sisi, pihak pemilik barang dirugikan sebagai konsekuensi penahanan barang miliknya, dan di sisi yang lain adalah pembeli sebagai konsekuensi tertahannya ia dari mendapatkan barang yang dibutuhkan. Maka dari itulah, tas’ir hukumnya adalah haram.” (Ibn Qudâmah al-Maqdisy, Al Mughny Syarah Matn al-Kharâqy, Kairo: Thab’ah Maktabah al-Qâhirah, 1970: 4/240) Menurut Ibn Qudâmah al-Maqdisî, pematokan harga merupakan sebab timbulnya krisis pada harga pasar. Pendapat senada juga disampaikan oleh Ibn Taimiyah dalam al-Hisbah fi al-Islam. Menurut Ibn Taimiyah, harga di pasaran ditentukan oleh keberadaan supply and demand (jumlah barang dan permintaan) serta hubungannya dengan selera dan pendapatan konsumen. Bila masing-masing komponen pasar telah berjalan sesuai dengan aturan, maka selebihnya harga akan ditentukan oleh Allah SWT. Jadi, kesimpulannya, teori modern ekonomi itu teori yang diambil dari khazanah Islam ataukah dari Adam Smith? Seolah ada ketidakjujuran intelektual di masa itu, bahwa sebenarnya teorinya Adam Smith adalah diadopsi dari buah karya intelektual muslim yang telah dicitarasakan Barat (westernized economics). Jika teori Adam Smith dianggap sebagai basic teori kapitalis modern, maka dalam Islam, teori ini sebenarnya diletakkan pondasinya oleh kalangan Hanâbilah dan Ibn Taimiyah. Letak perbedaan keduanya mungkin pada penerimaan unsur ribawi dan tidaknya. Ekonomi Islam dibangun di atas akad transaksi dan mekanisme jual beli, sementara ekonomi konvensional dibangun di atas fondasi penerimaan kepada unsur ribawi. Besarnya angka ribawi yang bisa masuk diterima dalam bingkai keadilan itulah yang menyebabkan timbulnya mazhab ekonomi kritis, atau yang dikenal dengan istilah empirisme. Di dalam Islam, praktik monopoli dagang (ihtikâr) adalah bagian dari kezaliman yang harus dihindari karena bisa jadi pemodal akan menarik keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga memberatkan pada konsumen. Besaran keuntungan (ribhun) yang standart inilah yang selanjutnya membentuk unsur harga mitsil (harga standart jual). Koreksi terhadap ribhun yang diperbolehkan ini dalam Islam diadopsi oleh mazhab ekonomi kritis. Hanya saja, mazhab ini harus melibatkan intervensi pemerintah lewat lembaga ekonominya. Oleh karena itu, mazhab teori ekonomi kritis ini hanya bisa diterima oleh kalangan Ekonom Ghazalian dan tidak pada ekonom Hanabilah. Sebagaimana mazhab empirisme, hanya bisa diterima oleh ekonom pengikut St Thomas Aquinas dengan mazhab materialismenya.
Wallâhu a’lam bish shawab. U
Muhammad Syamsudin, Pengasuh PP Hasan Jufri Putri P. Bawean dan Peneliti Bidang Ekonomi Syariah Aswaja NU Center PWNU Jatim.
5 Jenis Laporan Keuangan Dalam Akuntansi yang Harus Anda Ketahui
5 Jenis Laporan Keuangan Dalam Akuntansi yang Harus Anda Ketahui
Standarnya, dalam akuntansi ada beberapa jenis laporan keuangan yang harus diketahui yaitu:
Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan pertama yang akan kita bahas adalah laporan laba rugi. Dari namanya saja, anda tentu tahu bahwa laporan ini berfungsi untuk memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kerugian atau keuntungan dalam satu periode keuangan.
Selain untuk mengetahui keuntungan atau kerugian, laporan laba rugi dibuat untuk menginformasikan jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan, menjadi referensi evaluasi bagi manajemen perusahaan dan juga menyediakan informasi tentang efisien atau tidaknya langkah yang diambil oleh perusahaan dilihat dari besar beban yang dikeluarkan.
Pada dasarnya jenis laporan laba rugi terdiri dari dua bentuk yaitu:
Single Step
Untuk bentuk single step ini, alur dan juga pengelompokan akun lebih mudah. Hal ini karena semua pendapatan dan keuntungan ditempatkan di awal laporan laba rugi. Kemudian diikuti dengan seluruh beban atau biaya yang harus dikeluarkan atau ditanggung oleh perusahaan. Nah, selisih antara total pendapatan dan total beban inilah yang menunjukkan apakah perusahaan untung atau rugi.
Multiple Step
Nah, untuk laporan laba rugi berbentuk multiple step, anda harus memisahkan transaksi operasional dan non-operasional serta membandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berkaitan. Pada laporan laba rugi bentuk ini, laba operasional akan memperlihatkan perbedaan antara aktivitas biasa dan aktivitas insidentil.
Secara umum ada 2 elemen yang masuk dalam laporan laba rugi yaitu semua jenis pendapatan dan kerugian. Kemudian dalam laporan laba rugi ini ada beberapa pembagian pos laba atau rugi yaitu laba/rugi kotor, laba/rugi operasi, laba/rugi sebelum pajak, laba/rugi bersih dan laba/rugi dari operasi berjalan.
Laporan Perubahan Modal
Di awal pembentukan atau pendirian perusahaan tentu akan selalu ada modal awal yang menjadi langkah pertama perusahaan beroperasi. Nah, jumlah modal awal ini pasti berubah sesuai dengan kinerja perusahaan. Misalkan perusahaan dalam periode tertentu mengalami kerugian, maka modal yang digunakan oleh perusahaan bisa berkurang. Sebaliknya jika perusahaan mendapat laba maka modal akan bertambah.
Jadi secara umum, laporan perubahan modal akan menyediakan informasi terkait jumlah modal yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dalam periode tertentu. Dalam laporan ini, anda bisa melihat perubahan yang terjadi pada modal sekaligus dengan penyebab perubahan yang terjadi. Beberapa data khusus yang diperlukan untuk menyusun laporan perubahan modal adalah modal awal periode, pengambilan dana pribadi oleh pemilik dalam periode yang bersangkutan dan juga total laba atau rugi bersih perusahaan dalam periode yang terkait. Mengingat, untuk menyusun laporan perubahan modal dibutuhkan data laba rugi, maka jelas laporan ini dibuat setelah laporan laba rugi.
Neraca (Balance Sheet)
Dalam akuntansi, neraca lebih dikenal dengan nama balance sheet. Secara umum, laporan ini dibuat untuk menunjukkan kondisi, posisi dan informasi keuangan sebuah perusahaan pada periode tertentu. Penyusunan laporan neraca ini membuat anda bisa melihat beberapa data penting seperti jumlah aset perusahaan, kewajiban (hutang/liabilitas) dan ekuitas (modal) perusahaan.
Jadi secara keseluruhan ada 3 elemen yang dimiliki oleh neraca yaitu aset, liabilitas dan ekuitas. Jika kita kembali ke pemahaman dasar akuntansi maka bisa kita simpulkan bahwa laporan neraca ini sangat berhubungan dengan rumus dasar akuntansi yaitu
Aset = Liabilitas + Ekuitas
Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
Laporan arus kas juga dikenal dengan nama laporan cash flows. Laporan ini dibuat untuk menunjukkan aliran masuk dan keluar kas perusahaan pada periode tertentu. Selain itu, laporan arus kas juga difungsikan sebagai indikator jumlah arus kas di periode yang akan datang. Laporan arus kas juga digunakan sebagai salah satu alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan keluar selama periode pelaporan.
Contoh alur kas masuk bisa dilihat dari hasil atau pendapatan kegiatan operasional atau pinjaman. Kemudian untuk alur kas keluar bisa dilihat dari beban biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan investasi dan operasional.
Catatan Atas Laporan Keuangan
Nah, jenis laporan keuangan terakhir yang harus anda ketahui adalah catatan atas laporan keuangan. Jenis laporan ini mungkin masih asing untuk anda karena faktanya beberapa orang lebih fokus pada 4 laporan keuangan lain. Padahal laporan keuangan yang satu ini sangat penting dan bisa membantu anda untuk lebih memahami laporan keuangan secara keseluruhan.
Catatan atas laporan keuangan ini dibuat untuk memberikan penjelasan yang lebih rinci terkait dengan hal-hal yang tertera dalam ke-4 laporan keuangan lainnya. Bahkan dalam laporan keuangan ini juga disediakan penyebab atau alasan yang berkaitan dengan data yang tersaji dalam laporan keuangan.
Penyusunan Anggaran
PENYUSUNAN ANGGARAN
Anggaran merupakan implementasi dari rencana dari rencana strategi yang telah ditetapkan.
Penyusunan anggaran adalah Proses pengoperasionalan rencana dalam bentuk pengkuantifikasian, biasanya dalam unit moneter, untuk kurun waktu tertentu.
Anggaran merupakan rencana yang diungkapkan secara kuantitatif dalam unit moneter untuk periode satu tahun.
Karakteristik Anggaran :
1. Anggar dan mengestimasi tingkat laba potensial dari suatu unit usaha
2. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan, walaupun satuan keuangan tersebut dibantu dengan data non keuangan (misal jumlah unit yang dijual atau diproduksi)
3. Anggaran umumnya meliputi periode satu tahun
4. Anggaran merupakan komitmen manajemen
5. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari penyusun anggaran
6. Anggaran yang telah disusun hanya dapat dirubah jika terjadi kondisi khusus
7. Secara periodic, dilakukan analisis selisih antara anggaran dengan sesungguhnya dan dijelaskan
Kegunaan anggaran :
1. Memperjelas rencana strategi
2. Membantu koordinasikan kegiatan beberapa bagian dari suatu organisasi
3. Melimpahkan tanggung jawab kepada manajer
4. Memperoleh kesepakatan bahwa anggaran merupakan dasar penilaian kinerja manajer
Isi anggaran :
1. Anggaran pendapatan
2. Anggaran Biaya produksi dan Biaya penjualan
3. Anggaran biaya pemasaran
4. Anggaran Biaya Adiministrasi dan Umum
5. Anggaran litbang
6. Anggaran lainnya : anggaran modal, anggaran neraca, anggaran aliran kas
Proses penyusunan anggaran :
1. Menerbitkan pedoman penyusunan anggaran oleh staf anggaran yang disetujui manajer puncak
2. Membuat proposal anggaran permulaan oleh masing2 manajer pusat pertanggungjawaban
3. Negosiasi, yaitu mendiskusikan anggaran yang diusulkan
4. Slack, yaitu perbedaan Karena menurunkan tingkat penjualan atau menaikkan biaya
5. Review dan persetujuan oleh CEO/ Dewan direktur
6. Revisi anggaran, baik secara sistematis maupun kondisi khusus
Pengertian dan contoh Analisis SWOT
Pengertian dan contoh Analisis SWOT
Pengertian dan contoh Analisis SWOT – SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats. Seperti namanya, Analisis SWOT merupakan suatu teknik perencanaan strategi yang bermanfaat untuk mengevaluasi Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dalam suatu proyek, baik proyek yang sedang berlangsung maupun dalam perencanann proyek baru. Analisis SWOT bukan hanya dapat digunakan dalam bisnis, tetapi juga dapat digunakan pada pribadi kita sendiri dalam pengembangan karir.
Analisis SWOT pertama kali diperkenalkan oleh Albert S Humphrey pada tahun 1960-an dalam memimpin proyek riset di Stanford Research Institute yang menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500.
4 Komponen Dasar Analisis SWOT
- Strength (Kekuatan) atau disingkat dengan “S”, yaitu karakteristik organisasi ataupun proyek yang memberikan kelebihan / keuntungan dibandingkan dengan yang lainnya.
- Weakness (Kelemahan) atau disingkat dengan “W”, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kelemahan pada organisasi ataupun proyek dibandingkan dengan yang lainnya.
- Opportunities (Peluang) atau disingkat dengan “O”, yaitu Peluang yang dapat dimanfaatkan bagi organisasi ataupun proyek untuk dapat berkembang di kemudian hari.
- Threats (Ancaman) atau disingkat dengan “T”, yaitu Ancaman yang akan dihadapi oleh organisasi ataupun proyek yang dapat menghambat perkembangannya.
Dari keempat komponen dasar tersebut, Strength (kekuatan) dan Weakness (Kelemahan) adalah faktor internal organisasi/proyek itu sendiri, sedangkan Oppoturnities (Peluang) dan Threats (Ancaman) merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan organisasi ataupun proyek. Oleh karena itu, Analisis SWOT juga sering disebut dengan Analisis Internal-Eksternal (Internal-External Analisis) dan Matriks SWOT juga sering dikenal dengan Matrix IE (IE Matrix).
Cara Menggunakan Analisis SWOT
Untuk melakukan Analisis SWOT, kita perlu membuat beberapa pertanyaan dan menjawabnya sendiri seperti contoh-contoh berikut ini :
Strength (Kekuatan)
- Kelebihan apa yang dimiliki oleh organsiasi ?
- Apa yang membuat organisasi lebih baik dari organisasi lainnya?
- Keunikan apa yang dimiliki oleh organisasi ?
- Apa yang menyebabkan kita mendapatkan penjualan ?
- Apa yang dilihat atau dirasakan oleh konsumen kita sebagai suatu kelebihan ?
Weakness (Kelemahan)
- Apa yang dapat ditingkatkan dalam organisasi ?
- Apa yang harus dihindari oleh organisasi ?
- Faktorapa yang menyebabkan kehilangan penjualan ?
- Apa yang dilihat atau dirasakan oleh konsumen kita sebagai suatu kelemahan organisasi kita ?
- Apa yang dilakukan oleh pesaing sehingga mereka dapat lebih baik dari organisasi kita ?
Opportunities (Peluang)
- Kesempatan apa yang dapat kita lihat ?
- Perkembangan tren apa yang sejalan dengan organisasi kita ?
Threats (Ancaman)
- Hambatan apa yang kita hadapi sekarang ?
- Apa yang dilakukan oleh pesaing organisasi ?
- Perkembangan Teknologiapa yang menyebabkan ancaman bagi organisasi ?
- Adakah perubahan peraturan pemerintah yang akan mengancam perkembangan organisasi ?
Faktor yang Mempengaruhi Analisis SWOT
Faktor-faktor yang mempengaruhi keempat komponen dasar Analisis SWOT diantaranya adalah :Faktor Internal (Strength dan Weakness)
- Sumber daya yang dimiliki
- Keuangan atau Finansial
- Kelebihan atau kelemahan internal organisasi
- Pengalaman-pengalaman organisasi sebelumnya (baik yang berhasil maupun yang gagal)
Faktor Eksternal (Opportunities dan Threats)
- Tren
- Budaya, Sosial Politik, Ideologi, perekonomian
- Sumber-sumber permodalan
- Peraturan Pemerintah
- Perkembangan Teknologi
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi
- Lingkungan
Contoh Analisis SWOT
Berikut ini adalah contoh sederhana dalam melakukanAnalisis SWOT dalam suatu mengevaluasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman suatu perusahaan.Strength (Kekuatan)
- Kami dapat merespon dengan cepat setiap permintaan pelanggan tanpa harus melalui birokrasi yang panjang.
- Kami memiliki biaya overhead yang rendah, sehingga dapat memberikan tawaran harga yang paling baik bagi pelanggan kami.
- Kami sangat memperhatikan setiap permintaan dan kebutuhan pelanggan.
- Kami sangat fleksibel dalam menangani setiap kasus dan permintaan pelanggan.
- Kami memiliki reputasi yang baik pada market yang tekuni.
Weakness (Kelemahan)
- Staff kami masih memiliki kemampuan yang rendah dibidang-bidang tertentu.
- Perusahaan kami memiliki keterbatasan dalam permodalan.
- Cash flow kadang-kadang tidak lancar.
- Lokasi kantor yang letaknya di tempat yang kurang strategis.
Opportunities (Peluang)
- Sektor yang kami tekun ini sedang mengalami kenaikan
- Pemerintah sangat mendukung perusahaan lokal seperti kami
Threats (Ancaman)
- Perkembangan Teknologi yang cepat di market ini yang berada di luar kemampuan kami akan menyebabkan kami terlambat dalam mengadopsinya.
- Perubahan strategi pesaing dapat mengancam posisi kami di market.
- Kurangnya minat perbankan dalam membiayai pendanaan untuk industri yang kami tekuni saat ini.
Langganan:
Postingan (Atom)